DEMI MEMBELA AJARAN SESATNYA, JALALUDIN RAKHMAT CACI MAKI PARA ULAMA INDONESIA

DEMI MEMBELA AJARAN SESATNYA, JALALUDIN RAKHMAT CACI MAKI PARA ULAMA INDONESIA

JAKARTA (gemaislam) – Siapa yang tidak kenal Jalaludin Rakhmat?, ‘Cendekiawan Muslim’ yang aktif menulis ini telah dikenal luas oleh kaum muslimin Indonesia. Pembawaannya yang terkesan kalem dan penyampaiannya berupa persatuan dan perdamaian membuat banyak kalangan menjadi penggemar karya dan pemikirannya.

Namun sayang, dibalik penampakan dzohir yang terkesan memukai itu, terdapat berbagai macam racun dan penyakit yang ia sebarkan kepada kaum muslimin.

Melecehkan MUI

Opini KH. Ma’ruf Amin di Harian Nasional Republika tentang pengesahan MUI Pusat terhadap fatwa MUI Jatim kamis, 8 Nov 2012, mendapat balasan yang sangat pedas dan sangat melecehkan ulama-ulama yang duduk di MUI Sampang, MUI Jawa Timur dan MUI Pusat dari Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlu Bait Indonesia, Jalaluddin Rakhmat.

Tokoh Syiah Indonesia tersebut menulis opini balasan pada Harian yang sama dengan judul “Menyikapi Fatwa tentang Fatwa” pada hari sabtu, 10 Nov 2012. Opini tersebut dengan kalimatnya yang halus ternyata sangat tendensius, curang, licik dan merendahkan serta mencaci-maki ulama-ulama Indonesia yang memfatwakan Syiah sesat dan yang mendukung fatwa sesatnya Syiah tersebut, demikian dikutip dari LPPI Makassar, Ahad (11/11).

Menolak dan melecehkan Otoritas MUI dalam berfatwa

Ia menyikapi Fatwa MUI Sampang dengan mengatakan, “Fatwa salah yang disampaikan oleh lembaga yang mengklaim berhak memberikan fatwa sama seperti obat yang salah yang diberikan kepada pasien. Alih-alih menyembuhkan, ia bisa membunuh. Di antara fatwa yang telah ikut serta atau menyertai terbunuhnya seorang Muslim (Baca: Orang Syiah) di Sampang adalah fatwa MUI Sampang.”

Menanggapi MUI Jatim dan ketua MUI Pusat, KH. Ma’ruf Amin yang mendukung fatwa MUI Jatim tersebut, Jalaluddin Rakhmat mempertanyakan strata kelimuan mereka, “Apakah anda lebih berilmu dari mereka?”

Ia melanjutkan, “Sebelum mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Syiah, apakah menurut Bapak-bapak tidak perlu mengkaji fatwa para ulama internasional itu, apalagi menyetujuinya, karena mereka tidak lebih alim dari Bapak-bapak?”

Tokoh Syiah dari Bandung tersebut terus melanjutkan, “Cukupkah bagi Bapak-bapak mengumpulkan anggota-anggota MUI se-Jatim plus beberapa orang ulama dari MUI Pusat, lalu mengeluarkan fatwa bahwa Syiah itu sesat? Apakah para ulama di MUI Sampang dan para ulama MUI Jatim yang berkumpul di Surabaya itu memang lebih berilmu ketimbang ulama internasional yang berkumpul di Amman, Makkah dan Bogor?”

Padahal yang perlu dipertanyakan apakah sikap ulama-ulama di MUI itu berbeda dengan sikap ulama-ulama yang berkumpul di Amman, Makkah dan Bogor?, sebagai contoh, Prof. Dr. Yusuf Qardhawi yang merupakan ulama rujukan dalam mendeklarasikan Risalah Amman memfatwakan bahwa Syiah memang berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam persoalan-persoalan pokok bukan furu’ (Fataawa Mu’ashirah), sehingga ulama mu’tabar dari dulu semisal Imam Malik, Imam Bukhari, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ulama masa kini seperti Syekh Yusuf Qardhawi dan ulama-ulama yang berada dalam Majelis Ulama Indonesia dan sampai hari kiamat akan berpendapat sama dalam masalah Syiah, yaitu sesat.

Kecurangan

Dalam poin pertama Risalah Amman, ada sebagian teks yang tidak disebutkan oleh Jalaluddin Rakhmat atau mungkin sengaja dibuang, “Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.”

Teks poin pertama Risalah Amman yang sengaja dibuang ini hanya menyebutkan tiga kelompok yang tidak boleh dikafirkan, mereka itu Asy’ariSufiSalafi dan tidak menyebut “Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah”. kemudian untuk masuk dalam golongan yang juga tidak boleh dikafirkan haruslah memenuhi tiga batasan yang tertulis dalam Deklarasi Amman tersebut, yaitu percaya pada Allah dan Rasulullah, meyakini rukun iman dan rukun Islam serta tidak mengingkari  ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam. Sedangkan Syiah melanggar tiga batasan tersebut.

Demikianlah sikap Syiah di Indonesia yang semakin berani dan menantang ulama-ulama dalam Majelis Ulama Indonesia yang notabene sikap mereka sama dengan ulama-ulama yang menandatangani Risalah Amman. (bms/m.istiqamah/lppi)

Sumber : gemaislam.com

MUI Jatim : Syiah langgar Pergub, dan lebih dahulu menyerang dengan bom ranjau

  • Gubernur Jawa Timur telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 55 tahun 2012. Pergub ini penguat fatwa MUI Jawa Timur mengenai pelarangan ajaran syiah di Jawa Timur.
  • “Seharusnya mereka (Syiah) tidak boleh lagi menyebarkan aliran-aliran yang sudah difatwa sesat oleh majelis ulama. Namun mereka tetap menyebarkan aliran itu (Syiah).”
  • Dari sikap arogan gerakan Syiah itulah masyarakat Jawa Timur bangkit melawan Syiah. Hal ini disebabkan kelompok Syiah tidak bisa menghargai Pergub nomor 55 tahun 2012 tersebut. Inilah sebenarnya akar permasalahan dari kasus Sampang tersebut.
  • “Saudara-saudara kita di Jawa Timur, khususnya di Sampang, saat ini terzalimi oleh banyak media massa. Pemberitaan yang bias, distorsi dan penuh pemutarbalikan fakta.”
  • Aksi umat Islam ketika itu berlangsung damai, hanya meminta anak-anak Sampang yang ingin disekolahkan di Pesantren milik Syiah di Bangil dan Pekalongan agar membatalkan keberangkatannya.
  • Massa menggiring kelompok Syiah untuk pulang ke rumah. Namun apa yang terjadi, ketika massa umat Islam mulai mendekati kawasan penganut Syiah, tiba-tiba meledaklah ranjau-ranjau yang berisi kelereng, gotri, dan lainnya.
  • “Ranjau-ranjau tersebut nampaknya sudah dipersiapkan, meledak mengenai massa umat Islam. Banyak yang terluka, ranjau-ranjau kelereng itu melesat bertebaran mengenai umat Islam. Korban berjatuhan, bahkan ada yang tangannya nyaris putus.”

JAKARTA – Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, Ustadz Muhammad Yunus membantah tudingan-tudingan miring yang selama ini disuarakan oleh LSM-LSM liberal seperti Kontras dan LBH Surabaya yang selalu menyudutkan MUI Jatim dalam beberapa kesempatan di media massa.

”Mereka berbicara tapi tak berdasarkan fakta, sedangkan fakta-fakta yang kami sampaikan sudah dibenarkan oleh aparat kepolisian,” ujar Yunus yang meemberikan klarifikasi saat Acara deklarasi #Indonesia Damai Tanpa Syiah yang diselenggarakan Forum Pemuda Islam Jakarta (Forpija) di Masjid Al-Furqan, Kompleks DDII, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (16/9).

Muhammad Yunus yang datang mewakili Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad, menjelaskan bahwa konflik yang terjadi di Sampang adalah akumulasi dari beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok Syiah.

Para ulama di Sampang dan ulama yang tergabung dalam BASRA sebelumnya sudah memperingatkan Syiah Sampang yang dipimpin oleh Ketua Ikatan Jamaah Ahlul Bait cabang Sampang, Tajul Muluk, untuk tidak melakukan upaya penyebaran paham Syiah dan memprovokasi masyarakat.

Para ulama bahkan sudah mengeluarkan beberapa butir pernyataan yang sudah disampaikan kepada aparat pemerintah dan aparat keamanan di Madura. “Bahkan kami mendapat dukungan dari Pak Karwo, Gubernur Jawa Timur,lewat Peraturan Gubernur (Pergub) No.55 tahun 2012,” tegasnya yang tampil ke podium dengan semangat berapi-api membeberkan fakta dan data terkait apa yang sesungguhnya terjadi di Sampang.

Gubernur Jawa Timur telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 55 tahun 2012. Pergub ini penguat fatwa MUI Jawa Timur mengenai pelarangan ajaran syiah di Jawa Timur.

Sikap Pemerintah Jawa Timur ini harusnya menjadi teladan dalam bersinergi terhadap independensi ulama mengawal akidah umat.

“Seharusnya mereka (Syiah) tidak boleh lagi menyebarkan aliran-aliran yang sudah difatwa sesat oleh majelis ulama. Namun mereka tetap menyebarkan aliran itu (Syiah),” jelas lelaki yang juga Sekretaris Jenderal Gerakan Umat Islam Bersatu Jawa Timur (GUIB) yang terdiri dari 52 ormas Islam di Jawa Timur.

Dari sikap arogan gerakan Syiah itulah masyarakat Jawa Timur bangkit melawan Syiah. Hal ini disebabkan kelompok Syiah tidak bisa menghargai Pergub nomor 55 tahun 2012 tersebut. Inilah sebenarnya akar permasalahan dari kasus Sampang tersebut.

“Saudara-saudara kita di Jawa Timur, khususnya di Sampang, saat ini terzalimi oleh banyak media massa. Pemberitaan yang bias, distorsi dan penuh pemutarbalikan fakta,” jelasnya

Muhammad Yunus menyatakan seluruh ormas Islam di Jatim, baik NU, Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad,

Hidayatullah, dan lain-lain sudah sepakat bahwa keberadaan Syiah di Jatim sangat meresahkan dan mengganggu stabilitas keamanan.

”Kami dari GUIB yang terdiri dari 52 ormas Islam di Jatim sepakat bahwa pemerintah harus melarang keberadaan Syiah,” terangnya.

Karena berbagai peringatan dan kesepakatan tak diindahkan oleh kelompok Syiah, maka terjadilah peristiwa berdarah di Sampang.

Yunus menegaskan, aksi umat Islam ketika itu berlangsung damai, hanya meminta anak-anak Sampang yang ingin disekolahkan di Pesantren milik Syiah di Bangil dan Pekalongan agar membatalkan keberangkatannya.

Massa menggiring kelompok Syiah untuk pulang ke rumah. Namun apa yang terjadi, ketika massa umat Islam mulai mendekati kawasan penganut Syiah, tiba-tiba meledaklah ranjau-

ranjau yang berisi kelereng, gotri, dan lainnya.

“Ranjau-ranjau tersebut nampaknya sudah dipersiapkan, meledak mengenai massa umat Islam. Banyak yang terluka, ranjau-ranjau kelereng itu melesat bertebaran mengenai

umat Islam. Korban berjatuhan, bahkan ada yang tangannya nyaris putus,” ungkap Yunus.

Provokasi dan ledakan ranjau inilah yang kemudian makin memicu kemarahan umat Islam, sehingga terjadi perang terbuka dengan kelompok Syiah.

“Tim fakta menemukan bukti-bukti soal ranjau tersebut dan aparat pun sudah membenarkan laporan kita,” terangnya.

Sayangnya, hingga hari ini bukti-bukti tersebut tidak ditindaklanjuti. Sebaliknya, pasca peristiwa justru massa umat Islam yang ditangkapi dan diputar balikan fakta sebenarnya seolah-olah pihak syiah lah yang terzalimi. (bilal/arrahmah.comSenin, 17 September 2012 10:28:02

(nahimunkar.com)